Langsung ke konten utama

Mahasiswa Asal Thailand Ikut LK 1 HMI Komisariat Ki Hadjar Dewantara UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan 2025: Persaudaraan Islam Lintas Negara Terjalin

 

Diya Saha (Mahasiswa Asal Patani, Thailand)

Malang, LAPMI - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ki Hadjar Dewantara (KHD) UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan kembali mengukir sejarah dengan menyelenggarakan Latihan Kader 1 (LK 1) atau Basic Training pada 26–28 September 2025 di Gedung Pemuda Pekalongan. Kegiatan ini tidak hanya menjadi agenda rutin kaderisasi, tetapi juga menghadirkan warna baru melalui kehadiran peserta dari mancanegara yang menegaskan semangat inklusif HMI.

LK 1 kali ini menjadi istimewa karena diikuti oleh Mahasiswa dari berbagai latar belakang kampus, seperti UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Universitas Pekalongan (Unikal), hingga Universitas Terbuka (UT). Namun, yang paling mencuri perhatian adalah kehadiran Diya Saha, seorang Mahasiswa UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan asal Patani, Thailand.

Diya Saha hadir sebagai simbol nyata bahwa HMI mampu menjangkau dan menjadi rumah belajar bagi generasi muda muslim dari berbagai daerah, bahkan lintas negara. Sosoknya menambah dinamika dan semangat baru dalam kegiatan LK 1. Dengan latar belakang budaya yang berbeda namun semangat yang sama untuk belajar dan berproses, Diya menjadi inspirasi bagi peserta lainnya.

“Semoga dengan mengikuti basic training ini, saya bisa berkembang, tumbuh, dan terus berproses. Acaranya seru, kami belajar berbagai macam materi,” ujar Diya dengan senyum penuh semangat.

Ucapan tersebut menjadi gambaran antusiasme seorang Mahasiswa dari luar negeri yang ingin menggali lebih dalam nilai-nilai Islam, keindonesiaan, dan kepemimpinan melalui forum LK 1. Kehadirannya menguatkan pesan bahwa nilai-nilai HMI bersifat universal: menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, ukhuwah Islamiyah, dan semangat perjuangan bagi umat.

Seperti tradisi dalam setiap LK 1, kegiatan diawali dengan screening materi wajib HMI. Screening ini menjadi pintu awal untuk mengenal dasar-dasar ideologi HMI, sejarah perjuangan organisasi, dan orientasi kaderisasi. Peserta diajak untuk memahami peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang berlandaskan nilai keislaman dan kebangsaan.

Setelah screening, acara berlanjut ke forum diskusi intensif yang diisi dengan materi-materi seperti Sejarah HMI, Nilai Dasar Perjuangan (NDP), Keislaman dan Keindonesiaan, Manajemen Aksi, dan Kepemimpinan. Forum ini diwarnai dengan dinamika tanya jawab, diskusi kelompok, dan sharing pengalaman antar peserta yang membuat suasana semakin hidup.

Kehadiran Diya Saha membawa warna tersendiri dalam forum. Banyak peserta merasa terinspirasi oleh semangatnya yang datang jauh-jauh dari Patani, Thailand, untuk mengikuti kegiatan ini. Hal itu menunjukkan bahwa semangat belajar dan berproses tidak mengenal batas wilayah.

Dalam beberapa sesi diskusi, Diya juga berbagi pengalaman tentang kondisi pendidikan dan kehidupan Mahasiswa muslim di Patani. Cerita-ceritanya membuka wawasan peserta lain tentang bagaimana semangat perjuangan dan kesadaran keislaman tetap tumbuh di tanah yang jauh dari Indonesia. Momen ini menjadi titik penting dalam merajut persaudaraan Nusantara hingga mancanegara.

Selama tiga hari pelaksanaan, suasana di Gedung Pemuda Pekalongan dipenuhi semangat belajar dan kebersamaan. Pagi hingga malam, peserta mengikuti rangkaian materi dengan penuh antusias. Malam hari diisi dengan refleksi dan evaluasi, yang memperkuat pemahaman mereka terhadap materi yang telah dipelajari.

Kehadiran peserta dari berbagai daerah dan kampus menjadikan LK 1 ini terasa lebih inklusif dan kaya akan perspektif. Banyak peserta merasa bahwa forum ini bukan hanya tempat belajar tentang HMI, tetapi juga ruang untuk memahami keberagaman budaya, bahasa, dan pengalaman hidup.

Kehadiran Diya Saha menjadi bukti bahwa HMI Komisariat Ki Hadjar Dewantara telah berhasil menjadikan kaderisasi sebagai wadah terbuka dan inklusif. Hal ini memperlihatkan bahwa HMI tidak hanya menarik minat mahasiswa lokal, tetapi juga mampu merangkul mahasiswa internasional untuk belajar dan berproses bersama.

Menurut panitia, kehadiran peserta dari Patani memberi semangat baru bagi kaderisasi. “Kami bangga bisa menjadi rumah belajar bagi siapa saja yang ingin mengenal HMI dan berproses di dalamnya. Kehadiran Diya membuktikan bahwa semangat perjuangan HMI lintas batas negara” ujar atho, ketua pelaksana.

Dengan kehadiran peserta dari Patani, Thailand, LK 1 HMI KHD tahun ini diharapkan menjadi awal dari jalinan kerja sama dan persaudaraan yang lebih luas di masa depan. HMI KHD berkomitmen untuk terus mengembangkan kaderisasi yang tidak hanya fokus pada kualitas intelektual, tetapi juga memperkuat semangat ukhuwah Islamiyah yang mendunia.

Para peserta yang telah menyelesaikan Basic Training ini diharapkan mampu membawa nilai-nilai HMI ke kampus masing-masing dan ke lingkungan mereka, menjadi agen perubahan yang berpegang teguh pada keislaman, keilmuan, dan kepemimpinan.

Latihan Kader 1 HMI Komisariat Ki Hajar Dewantara UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan 2025 ini tidak hanya mencetak kader yang berpengetahuan dan berkarakter, tetapi juga membuktikan bahwa HMI mampu menjadi jembatan yang mempertemukan Mahasiswa dari berbagai budaya dan negara.

"LK 1 tahun ini menjadi lebih bermakna karena peserta belajar, berproses, dan bersaudara tanpa mengenal batas geografis. Ini adalah bukti nyata bahwa semangat Islam mampu menyatukan hati dan pikiran kita,” ungkap aqibul muttaqin, ketua umum komisariat, dalam sambutan penutupnya.

Dengan keberagaman peserta dan semangat yang terjalin, LK 1 kali ini menjadi langkah maju bagi HMI KHD dalam menjalankan amanah sejarah: mencetak insan akademis muslim yang kritis, berdaya juang, dan berjiwa persaudaraan yang universal.


Pewarta : M Syauqi Mubarak
Editor     : Amrozi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PENYUMBANG DOSA DALAM DEMOKRASI INDONESIA

  Sahidatul Atiqah (Jihan) Departemen PSDP HMI  Komisariat Unitri Pada hakikatnya perguruan tinggi memiliki posisi strategis, yaitu menjadi instrumen mencerdaskan kehidupan bangsa.  Dari perguruan tinggi lahir generasi-generasi penerus yang berkapasitas baik untuk membangun dan meneruskan estafet kepemimpinan bagi sebuah bangsa. Selain itu perguruan tinggi memiliki tugas dan peran yang termuat dalam Tri Dharma salah satunya adalah pengabdian, perguruan tinggi memiliki ruang lingkup pengabdian yang luas, termasuk dalam ranah politik dan demokrasi yang membutuhkan kontribusi dari pihak-pihak terkait di perguruan tinggi. Dengan kata Lain kampus tidak hanya menjadi tempat menuntut ilmu tetapi juga menjadi garda terdepan dalam membentuk pemikiran kritis dan berpartisipasi aktif dalam mengawal demokrasi. Kampus tidak boleh mengabaikan keterlibatan dalam isu politik. Oleh karena itu, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral untuk ikut serta dalam mengawasi, mengawal, dan m...

Sebuah Wacana Menjelang Pilkada 2024

  Zul Fahmi Fikar (Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pembangunan Desa, HMI Cabang Malang) Kesejahteraan sebuah negara dilihat dari seorang pemimpinnya, demikian pula Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) harus dijadikan sebagai proses demokrasi yang sehat, kita sebagai masyarakat awam harus mampu menghindari politik transaksional yang membudaya di bangsa ini, agar pemilihan kepala daerah mendatang lebih bersih dan jauh dari kata curang, kotor dan lain sebagainya.  Karena 5 tahun ke depan bukan persoalan menang ataupun kalah dari kontestasi politik hari ini, akan tetapi bagaimana kita sama-sama fokus pada perubahan di setiap daerah yang kita tempati,berangkat dari itulah mengapa pentingnya kita sebagai warga negara Indonesia perlu jeli dalam menentukan pilihan, sebab dosa mendatang yang diperbuat oleh kepala daerah yang terpilih itu merupakan dosa besar kita bersama.  27 November 2024, pesta demokrasi akan diselenggarakan, yang mana kita sebagai masyarakat sama-sama berharap ...

Demi Party di Yudisium, Kampus UIBU Malang Poroti Mahasiswa

  Kampus UIBU Malang dan Surat Edaran tentang Pelaksanaan Yudisium Malang, LAPMI - Universitas Insan Budi Utomo Malang yang biasa disebut kampus UIBU akan menggelar acara yudisium dengan tarif 750.000. Sesuai informasi yang beredar yudisium tersebut akan digelar pada hari Rabu (14 Agustus 2024) dan akan dikonsep dengan acara Party/Dj. Hal tersebut membuat kontroversi di kalangan mahasiswa UIBU lantaran transparansi pendanaan yang tidak jelas dan acara yudisium yang dikonsep dengan acara party/DJ. Salah satu mahasiswa berinisial W angkatan 2020 saat diwawancarai mengatakan bahwa Yudisium yang akan digelar sangat tidak pro terhadap mahasiswa dan juga menyengsarakan mahasiswa dikarenakan kenaikan pembayaran yang tidak wajar dan hanya memprioritaskan acara Party/Dj. “Yudisium yang akan digelar ini konsepnya tidak jelas dan tidak pro mahasiswa, tahun lalu tarifnya masih 500.000 tapi sekarang naik 250.000 menjadi 750.000, teman-teman kami tentu banyak yang merasakan keresehan ini. Pihak...