Langsung ke konten utama

Organisasi Kampus di Ujung Tanduk

 

Alamsyah Gautama/ Mahasiswa UMM/ Ketua Umum HMI Pertanian UMM/ Pendiri Aksata Indonesia/ Fungsionaris GYN Indonesia

Malang, LAPMI - Kasat kusut cara mahasiswa memandang organisasi kampus saat ini berada pada situasi yang memprihatinkan, padahal organisasi merupakan instrument penting selain proses belajar/mengajar di universitas, banyak hal-hal yang tidak didapatkan di kelas dan hanya ditemukan di organisasi, akan tetapi semakin hari minat dan keinginan mahasiswa mengikuti organisasi semakin menurun.

Mengutip dari Prof. Jabal Tarik Ibrahim. Seorang Dosen di Universitas Muhammadiyah Malang bahwa jika ingin meningkatkan rasa percaya diri maka masuk organisasi didalamnya sikap optimisme dan komitmen dibentuk begitupula kesiapan kerja setelah lulus nanti,

Menelusuri lebih dalam sebab menurunnya peminat organisasi kampus ternyata terdapat beberapa faktor, seperti padatnya jadwal kegiatan kuliah/ praktikum, image organisasi di media sosial yang kurang baik, sifat pragmatisme mahasiswa yang hanya bertumpu pada nilai semata, larangan orang tua, minimnya dorongan dari dosen-dosen di kampus, dan kurangnya branding/sosialisasi organisasi dikampus maupun tidak ada prospek menggugah yang di tawarkan dalam organisasi (ketinggalan jaman).

Jika mundur sedikit melihat para reformis dan para pemrakarsa besar di indonesia sebagian besarnya mereka lahir dari rahim organisasi, bahkan para politisi ulung, ekonom besar, guru progresif dan lainnya latar belakangnya kebanyakan memiliki rekam jejak berorganisasi ketika di bangku kuliah, lantas saat ini mahasiswa dihadapkan oleh fenomena yang tidak biasa, organisasi semakin ditinggalkan dan ketinggalan.

Ketika diskusi dengan beberapa fungsionaris maupun anggota organisasi didalam kampus semakin banyak persoalan yang di jabarkan terkait menurunnya minat ikut organisasi di berbagai kampus, seperti Lahirnya program MBKM, eksistensi organisasi dalam kampus kian redup sebab take&give yang didapatkan lebih minim, MBKM dikira lebih menguntungkan karena disuplai dengan pendanaan dan terkesan banyak, berbeda dengan organisasi lainnya, meminta pendanaan program kerja saja sulit dan turunnya lama, kira-kira begitu.

Oleh karenanya eksistensi beberapa organisasi kampus dikalahkan dengan program-program pemerintah yang saat ini lebih menguntungkan, terlampau banyak program yang ditawarkan dengan ganjaran yang banyak pula tentu sangat diminati mahasiswa, selain pendanaan mudah dan besar bahkan mata kuliah bagi yang mengikuti bisa di konversikan jika lolos, melirik hasil survey LPMSolidaritas tentang peminat organisasi dan MBKM kian terlampau jauh, minat Organisasi 20,5 % sedangkan minat MBKM 79,5 % hal ini karena tawaran yang lebih menggiurkan seperti penjelasan di atas.

Organisasi sejatinya membutuhkan regenerasi demi sustainablitynya berada dalam kekhawatiran, karena sumber daya manusia merupakan persoalan fundamental jika berbicara tentang organisasi, selain MBKM ada juga problem terkait berkurangnya minat mahasiswa yaitu politisasi reqruitmen sampai intervensi ekternal dalam berjalannya kegiatan organisasi didalam kampus, hal itu disampaikan oleh beberapa narasumber/teman diskusi dari beberapa kampus, maka tidak heran kalau operasional organisasi didalam kampus menjadi barang yang ditakuti oleh mahasiswa awam, sejatinya ada Ketua di atas Ketua dan ada MPO di atas MPO(majelis pengawas organisasi).

Persoalan organisasi saat ini semakin kompleks diterpa berbagai problematika tertentu, namun untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dan regenerasi organisasi di kampus perlu langkah-langkah strategis, Fakta saat ini tidak boleh dibiarkan berlarut dengan alasan tanpa solusi, maka sudah saatnya para fungsionaris organisasi merekonstruksi kembali konsep untuk menarik minat mahasiswa yang disebut-sebut gen Z dewasa ini.

Sedikit banyaknya langkah-langkah yang perlu di tawarkan adalah melakukan pembaharuan organisasi yang sejalan dengan situasi dan kondisi mahasiswa saat ini, memutus rantai feodalisme maupun senioritas dalam organisasi, membangun sinergitas antar lembaga dan otoritas untuk mengembalikan citra organisasi dalam kampus dengan memberikan reward bagi yang mengikuti baik berupa sertifikat maupun legal standing yang dapat dikonversikan ke mata kuliah, meningkatkan nilai tawar dan menjamin kebutuhan yang didapatkan oleh fungsionaris maupun anggota organisasi.

Mengutip dari Eno Bening, seorang social media strategist bahwa ada 3 hal yang dilirik sebelum masuk dalam organisasi yaitu pengembangan skil dan sofskil yang ditawarkan, relasi yang didapat, dan prestasi dari organisasi yang akan diikuti, maka perubahan itu tidak hanya tentang konsep menarik minat mahasiswa ikut organisasi, akan tetapi fungsionaris juga perlu membangun prestasi dan nilai tawar dalam organisasi yang ada. Dijaman serba digital Semakin mudah akses untuk menilai suatu organisasi’ sejatinya para fungsionaris harus lebih progresif untuk melahirkan aksi nyata organisasi dan rekam jejak prestasi-prestasi positif pencapaiannya.

Moctar lubis seorang sastrawan dalam bukunya yang berjudul manusia indonesia menyebutkan salah satu ciri orang indonesia itu’ enggan mengemban tanggung jawab, maka dengan adanya instrumen perubahan melalui organisasi, upaya mahasiswa saat ini adalah memutus akar Apatisme yang semakin meraja lela dikampus-kampus, boleh kata kalau pergerakan organisasi staknan tetapi tidak bisa dikatakan mati!

Dilansir dari laman http://publikasiilmiah.ums.ac.id, sesungguhnya banyak yang didapatkan oleh mahasiswa ketika mengikuti organisasi kampus, 1. Melatih leadership, 2. Membangun jiwa sosial dan solidaritas, 3. Mampu menyelesaikan problem solving dan manajemen konflik, 4. Memperluas relasi, 5. Mendapat pengalaman berharga dan sebagainya. secara teoritis mungkin bisa didapatkan dalam ruang kelas, namun prakteknya hanya ada didalam organisasi. Prinsip Agen of Change harus di aktifkan’ fungsi harus di topang dan indahkan sehingga layak disebut sebagai Mahasiswa.

Nilai kepemimpinan, manajemen , dan organisasi secara teoritis harus lebih dimatangkan guna mendorong wawasan para organisatoris di kampus, aktualisasinya harus di revitalisasi kembali, para fungsionaris organisasi sudah seharusnya hijrah dan kemungkinan akan sering hijrah dalam hal merubah sistem dan tatanan pengelolaan organisasi karena perubahan di jalan digitalisasi ini tidak bisa di pastikan, pembacaan dan kajian untuk arah baru dalam upaya membaca pergolakan mahasiwa secara berkala harus konsisten, karena ia lebih cepat daripada pertumbuhan rambut seorang bayi, cara berpikir mahasiswa terpapar pengaruh media sosial yang cendrung memberi dampak negatif ketimbang positifnya.

Hanya satu kata untuk para fungsionaris di setiap insitusi organisasi yaitu, ‘BERBENAH’ kata yang paling seksi dan mahal di situasi dan kondisi yang komplek dewasa ini, hanya organisasi jalan menuju perubahan dan membentuk karakter mahasiswa yang progresif dan adaptif selebihnya hanya bonus maupun keuntungan tak terduga.

Editor: Reny Tiarantika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelar Basic Training LK 1, HMI Komisariat Mulla Shadra Tekankan Aspek Cinta Kader terhadap Organisasi

Dokumentasi: lapmimalang/ Rafindi Malang, LAPMI- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)  Cabang Malang Komisariat Mulla Shadra mengadakan kegiatan Basic Training Latihan Kader 1 (LK 1). Minggu, (21/03/2021). Kegiatan LK 1 kali ini dilaksanakan di Graha Yakusa Jln. Hasyim Asyari Kec. Pagelaran, dengan mengangkat tema "Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, serta sadar akan fungsi dan perannya dalam organisasi". Kegiatan Basic Training tersebut dilaksanakan selama tiga hari dari Jum'at - Minggu tanggal 19 - 21 Maret 2021 dengan peserta sebanyak 16 orang. Sekretaris pelaksana Mimin Sulastry mengatakan dasar mengangkat tema ini dengan alasan agar kader lebih menumbuhkan rasa cinta terhadap organisasi dan dapat berproses dengan baik serta kedepannya kader-kader yang telah mengikuti LK 1 ini lebih sadar akan fungsi dan perannya. "Harapan kedepannya kader tetap berproses karena mereka akan menghadapi beberapa macam tantangan karena ini baru permulaan nanti kedep

Kader HMI Dipukul Oknum Mahasiswa Teknik Sipil ITN, Bibir Pecah dan Gigi Geraham Patah

Ahmad Fauzi salah satu kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang, Koordinator Komisariat Nasional, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, LAPMI - Kejadian nahas menimpa Ahmad Fauzi salah satu kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang, Koordinator Komisariat Nasional, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang dipukul oleh oknum mahasiswa Teknik Sipil dalam acara Suksesi Mahasiswa Teknik Sipil ITN Malang, Rabu (25/10/2023). Kronologi pemukulan tersebut dipicu dari terjadinya adu argumentasi di dalam forum yang menyebabkan salah satu oknum pengurus yang dievaluasi tidak terima dan melayangkan pukulan kepada korban saat terjadinya chaos "Ketika kita di dalam forum itu terjadi adu argumentasi, nah lawan dalam adu argumentasi ini malah tidak memukul saya, orang di luar dari dialog perdebatan itu yang malah tiba-tiba memukul tanpa sebab, kemungkinan yang menyebabkan pelaku memukul saya karena dia merupakan salah satu pengurus yang saat itu kami evaluasi" un

HMI Cabang Malang Gelar Workshop Tata Kelola & Pengembangan Pariwisata Desa Hijau Berkelanjutan dan Penguatan Ekonomi Lokal Masyarakat Desa

  Penyerahan simbolis Dokumen Modul Pengembangan Pariwisata Desa Hijau Malang, LAPMI -  Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang, Bidang Pembangunan & Pemberdayaan Desa Sukses menyelenggarakan 𝐖𝐨𝐫𝐤𝐬𝐡𝐨𝐩 𝐓𝐚𝐭𝐚 𝐊𝐞𝐥𝐨𝐥𝐚 & 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐫𝐢𝐰𝐢𝐬𝐚𝐭𝐚 𝐃𝐞𝐬𝐚 𝐇𝐢𝐣𝐚𝐮 𝐁𝐞𝐫𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐄𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢 𝐋𝐨𝐤𝐚𝐥 𝐌𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭 𝐃𝐞𝐬𝐚 . Kegiatan tersebut diselenggarakan di Desa Pesanggrahan Kota Batu, sejak Jum’at sampai Minggu, 03-05 November 2023 Bidang Pembangunan & Pemberdayaan Desa (PPDesa) HMI Cabang Malang juga menyerahkan secara simbolis Dokumen Modul Pengembangan Pariwisata Desa Hijau kepada DPRD Kota Batu. Penyerahan secara simbolik ini dilakukan oleh Ketua Bidang PPDesa HMI Cabang Malang kepada DPRD Kota Batu yang diwakili oleh Ketua Komisi A DPRD Kota Batu, Ibu Hj. Dewi Kartika, ST. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari tersebut melibatkan jaringan BUMDES dari perwakila