Langsung ke konten utama

Nyawa di Bawah Roda Rantis: Catatan Kelam Demokrasi Kita

Ilul Firdaus (Aktivis Pemuda Demokrasi)

Malang, LAPMI - Affan Kurniawan (21), seorang pengemudi ojek online, berangkat kerja seperti biasa. Helm di kepala, tas di punggung, dan gawai di tangan adalah “seragam” perjuangannya mencari rezeki halal. Namun, pada Kamis malam, 28 Agustus 2025, hidupnya berakhir tragis. Di tengah kerumunan massa di Jakarta Pusat, tubuh Affan dilindas kendaraan taktis Brimob.

Tragedi ini bukan sekadar kecelakaan lalu lintas. Ini adalah potret buram bagaimana negara bisa lalai menjaga warganya. Aparat yang seharusnya melindungi masyarakat, justru malah menjadi penyebab hilangnya nyawa. Demokrasi kehilangan makna jika rakyat kecil masih harus membayar dengan darah untuk sekadar menyampaikan aspirasinya.

Kita patut mencatat permintaan maaf Kapolri, penetapan tersangka terhadap tujuh anggota Brimob, serta santunan dari perusahaan aplikasi. Namun, mari jujur: apakah itu cukup? Tidak ada permohonan maaf atau uang yang bisa menghapus duka keluarga Affan, atau mengembalikan seorang anak bagi orang tuanya.

Yang lebih penting adalah perubahan nyata. Standar operasional pengendalian massa harus ditinjau ulang, aparat harus dilatih kembali dengan menekankan etika dan kemanusiaan, dan negara harus memastikan tragedi serupa tidak pernah terulang. Tanpa reformasi, kasus Affan hanya akan menjadi satu dari sekian panjang daftar korban kekerasan negara.

Sebagaimana diingatkan oleh Mahatma Gandhi, “Kekuatan sejati tidak berasal dari kekerasan, tetapi dari jiwa yang penuh kasih sayang.” Sementara itu, Soekarno pernah menegaskan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai darah para pahlawannya.”Hari ini, kita diuji: apakah bangsa ini masih sanggup menghargai darah rakyat kecilnya?

Affan bukan sekadar nama dalam berita. Ia adalah simbol dari banyaknya pengemudi ojol dan masyarakat kecil yang menyuarakan aspirasinya, para pekerja lapangan yang kerap tak terlihat, padahal merekalah tulang punggung keluarga dan roda ekonomi bangsa. Nyawa mereka sama berharganya bahkan lebih berharga dari siapa pun yang duduk di kursi kekuasaan.

Kita boleh berbeda pendapat tentang politik, tetapi satu hal pasti: nyawa rakyat tidak boleh menjadi korban arogansi. Nelson Mandela pernah berkata,“Tak ada kebebasan sejati tanpa keamanan bagi rakyat.”Maka, tragedi Affan adalah luka kolektif kita. Luka yang hanya bisa sembuh dengan keadilan, transparansi, dan keberanian bangsa untuk perubahan yang lebih baik.


Penulis : Ilul Firdaus 
Editor   : Muhammad Ali Makki

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PENYUMBANG DOSA DALAM DEMOKRASI INDONESIA

  Sahidatul Atiqah (Jihan) Departemen PSDP HMI  Komisariat Unitri Pada hakikatnya perguruan tinggi memiliki posisi strategis, yaitu menjadi instrumen mencerdaskan kehidupan bangsa.  Dari perguruan tinggi lahir generasi-generasi penerus yang berkapasitas baik untuk membangun dan meneruskan estafet kepemimpinan bagi sebuah bangsa. Selain itu perguruan tinggi memiliki tugas dan peran yang termuat dalam Tri Dharma salah satunya adalah pengabdian, perguruan tinggi memiliki ruang lingkup pengabdian yang luas, termasuk dalam ranah politik dan demokrasi yang membutuhkan kontribusi dari pihak-pihak terkait di perguruan tinggi. Dengan kata Lain kampus tidak hanya menjadi tempat menuntut ilmu tetapi juga menjadi garda terdepan dalam membentuk pemikiran kritis dan berpartisipasi aktif dalam mengawal demokrasi. Kampus tidak boleh mengabaikan keterlibatan dalam isu politik. Oleh karena itu, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral untuk ikut serta dalam mengawasi, mengawal, dan m...

Sebuah Wacana Menjelang Pilkada 2024

  Zul Fahmi Fikar (Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pembangunan Desa, HMI Cabang Malang) Kesejahteraan sebuah negara dilihat dari seorang pemimpinnya, demikian pula Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) harus dijadikan sebagai proses demokrasi yang sehat, kita sebagai masyarakat awam harus mampu menghindari politik transaksional yang membudaya di bangsa ini, agar pemilihan kepala daerah mendatang lebih bersih dan jauh dari kata curang, kotor dan lain sebagainya.  Karena 5 tahun ke depan bukan persoalan menang ataupun kalah dari kontestasi politik hari ini, akan tetapi bagaimana kita sama-sama fokus pada perubahan di setiap daerah yang kita tempati,berangkat dari itulah mengapa pentingnya kita sebagai warga negara Indonesia perlu jeli dalam menentukan pilihan, sebab dosa mendatang yang diperbuat oleh kepala daerah yang terpilih itu merupakan dosa besar kita bersama.  27 November 2024, pesta demokrasi akan diselenggarakan, yang mana kita sebagai masyarakat sama-sama berharap ...

Demi Party di Yudisium, Kampus UIBU Malang Poroti Mahasiswa

  Kampus UIBU Malang dan Surat Edaran tentang Pelaksanaan Yudisium Malang, LAPMI - Universitas Insan Budi Utomo Malang yang biasa disebut kampus UIBU akan menggelar acara yudisium dengan tarif 750.000. Sesuai informasi yang beredar yudisium tersebut akan digelar pada hari Rabu (14 Agustus 2024) dan akan dikonsep dengan acara Party/Dj. Hal tersebut membuat kontroversi di kalangan mahasiswa UIBU lantaran transparansi pendanaan yang tidak jelas dan acara yudisium yang dikonsep dengan acara party/DJ. Salah satu mahasiswa berinisial W angkatan 2020 saat diwawancarai mengatakan bahwa Yudisium yang akan digelar sangat tidak pro terhadap mahasiswa dan juga menyengsarakan mahasiswa dikarenakan kenaikan pembayaran yang tidak wajar dan hanya memprioritaskan acara Party/Dj. “Yudisium yang akan digelar ini konsepnya tidak jelas dan tidak pro mahasiswa, tahun lalu tarifnya masih 500.000 tapi sekarang naik 250.000 menjadi 750.000, teman-teman kami tentu banyak yang merasakan keresehan ini. Pihak...