Langsung ke konten utama

Kemunduran HMI : Analisis Kritis dan Implikasi Studi Gerakan Mahasiswa

 

Muhammad Asdar (Kader HMI)


Malang, LAPMI- Sejak adanya kehidupan manusia dipermukaan bumi, hajat untuk hidup secara kooperatif dan bekerja secara kolektif kolegial diantara manusia telah dirasakan dan telah diakui sebagai faktor yang paling esensial agar manusia dapat bertahan dalam menerjang badai dan hidup secara bahagia dalam bingkai kehidupan. Seluruh manusia pada utamanya bergantung antar satu sama lain untuk saling memenuhi kebutuhannya. Ketergantungan secara mutualistik dalam kehidupan baik secara individu maupun sosial melahirkan sebuah proses evolusi bertahap dalam pembentukan sistem pertukaran barang dan juga pelayanan jasa dalam Organisasi. Dengan perkembangan peradaban yang semakin signifikan manusia dari zaman klasik ke zaman modern semakin berevolusi dari aktivitas yang sangat amat sederhana kedalam aktivitas yang cukup sangat modern. Masalah sosial termasuk dalam berorganisasi telah mendorong ummat manusia sebagai para mujahid organisasi dalam gelanggang perjuangan intelektual,politik maupun Ekonomi yang melancarkan satu perang yang panjang dan melibatkan diri dalam suatu perjuangan yang penuh dengan berbagai macam dinamika pertarungan. Inilah perjuangan yang penuh dengan berbagai macam pertarungan dan dengan mengunakan berbagai macam tata cara pemikiran manusia yang diciptakan manusia sendiri, termasuk kondisi Internal Organisasi yang baik secara sadar maupun tidak sadar harus dijalani umat manusia. Dalam kenyataanya Kondisi Pilihan Organisasi manusia masa kini lebih kuat dibanding dengan kesadaran manusia masa manapun, sekarang ini manusia lebih memahami kesangatrumitan dan arti hubungannya dengan masalah organisasi tersebut. Manusia modern telah sampai pada kesadaran akan kenyataan bahwa masalah Organisasi yang sementara bertransformasi diatas kehidupan ini adalah ciptaannya sendiri. Ditengah gejolak dan menurunnya hasrat generasi berorganisasi yang semakin fluaktif menghantarkan pada pemikiran bahwa Himpunan Mahasiswa Islam tak lagi semenarik djaman doloe sebab tak lagi menawarkan ide ide yang konstruktif dan berwawasan pembaharuan.  

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sendiri merupakan salah satu organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia yang telah berperan signifikan dalam berbagai dimensi fase pergolakan sejarah bangsa, termasuk dalam perjuangan kemerdekaan, era Orde Baru, hingga reformasi. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, banyak pihak menyoroti adanya tanda-tanda kemunduran dalam gerakan HMI, baik dari segi kualitas kaderisasi, kontribusi intelektual yang tak terlihat lagi, maupun pengaruh di kancah politik dan sosial. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kemunduran HMI dan implikasinya terhadap gerakan mahasiswa secara lebih luas.   

Sejak didirikan pada tahun 1947 oleh Lafran Pane, HMI memiliki visi yang teramat besar untuk membangun lokomotif mahasiswa yang berintegritas, cerdas, dan memiliki pemahaman keislaman yang kuat. Di masa lalu, HMI dikenal sebagai kawah candradimuka bagi pemikirpemikir kritis dan intelektual muda yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi perubahan sosial dan politik di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pengamat bahkan kader Internal menilai bahwa pengaruh HMI mengalami penurunan yang signifikan. Kemunduran ini terlihat dari melemahnya kualitas kaderisasi, berkurangnya diskursus intelektual yang produktif, serta kecenderungan HMI yang lebih fokus pada politik praktis dibandingkan peran sosial dan intelektualnya.  

Metode 

Dalam artikel ini, menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan tujuan memberikan gambaran mendalam mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan, di mana data diperoleh langsung dari sumber-sumber primer untuk menciptakan pemahaman yang komprehensif dan kontekstual. Pendekatan ini dipilih karena kemampuannya dalam menggali dinamika sosial dan budaya yang berkaitan secara lansung dengan gerakan mahasiswa. Penelitian ini mencakup serangkaian kegiatan yang berfokus pada pengumpulan data terkait Himpunan Mahasiswa Islam beserta Peran sosialnya, serta peluang dan tantangan di era digital untuk memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan Pemikiran,Moralitas dan Pengaruhnya dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat Umum. 

1. Melemahnya Kualitas Kaderisasi

Kaderisasi merupakan jantung dari roda pemerintahan organisasi mahasiswa seperti HMI. Salah satu indikator utama kemunduran HMI adalah menurunnya kualitas kaderisasi yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Proses kaderisasi yang dulunya menekankan pada pembentukan karakter, pemahaman ideologi, dan pengembangan kepemimpinan, kini dianggap semakin formalistik dan kurang substansial. Banyak pihak menilai bahwa kaderisasi di HMI saat ini cenderung hanya menjadi serangkaian kegiatan seremonial tanpa ada pembahasan mendalam mengenai masalah-masalah sosial, politik, dan keislaman kontemporer. Akibatnya, kader HMI banyak yang kehilangan orientasi dan semangat kritis yang menjadi ciri khas gerakan ini di masa lalu.  

2. Fragmentasi Internal dan Kepentingan Politik

Faktor lain yang turut menyumbang terhadap kemunduran HMI adalah adanya fragmentasi internal di tubuh organisasi. HMI sering kali mengalami dikotomi karena aspek perbedaan kepentingan politik, baik di tingkat cabang maupun pusat. Konflik internal ini tidak jarang dipicu oleh perebutan posisi strategis dalam organisasi yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis, terutama dalam dinamika politik nasional. Keterlibatan HMI dalam politik praktis, meski pada satu sisi bisa dipahami sebagai bagian dari peran mereka dalam masyarakat, pada sisi lain justru menciptakan polarisasi di antara anggotanya dan mengurangi fokus organisasi dalam pengembangan intelektual dan moral.  

3. Menurunnya Aktivitas Intelektual dan Diskursus Kritis

Salah satu warisan penting HMI adalah kontribusinya dalam wacana intelektual yang kritis dan progresif. Pada masa keemasan HMI, organisasi ini menjadi ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan gagasan-gagasan besar tentang pembangunan, keadilan sosial, demokrasi, dan Islam. Namun, belakangan ini, aktivitas intelektual di HMI cenderung menurun, Pemateri yang dicetak diruang ruang diskursus kritis seperti basic training tak lagi menjamah aspek pergolakan penting dalam narasi keilmuan. Diskusi dan kajian yang dilakukan sering kali bersifat pragmatis dan jarang menyinggung isu-isu strategis yang relevan dengan kebutuhan bangsa. Minimnya diskursus kritis ini menimbulkan kekhawatiran bahwa HMI telah kehilangan peran historisnya sebagai lokomotif perubahan pemikiran di kalangan mahasiswa.  

4. Terjebak dalam Politik Praktis

Keterlibatan HMI dalam budaya politik praktis semakin menonjol seiring dengan meningkatnya jumlah kader hmi yang aktif di partai politik. Meskipun HMI tidak memiliki afiliasi resmi dengan partai politik manapun, banyak kadernya yang terlibat dalam berbagai partai dengan tujuan memperkuat posisi politik pribadi. Hal ini memunculkan kritik bahwa HMI lebih mengutamakan agenda politik praktis daripada agenda intelektual dan sosial. Keterlibatan yang berlebihan dalam politik praktis juga menimbulkan risiko hilangnya independensi organisasi, yang pada akhirnya dapat merusak citra HMI di mata publik.  

5. Krisis Identitas dan Relevansi

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi HMI saat ini adalah krisis identitas dan relevansi di kalangan mahasiswa. Di tengah arus globalisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan dinamika sosial-politik di Indonesia, HMI belum sepenuhnya mampu merespons dengan baik. Isu-isu seperti keadilan sosial, ketimpangan ekonomi, serta peran Islam dalam negara modern masih belum digarap secara serius oleh HMI. Akibatnya, banyak mahasiswa yang merasa HMI tidak lagi relevan dengan aspirasi dan tantangan zaman. Krisis identitas ini turut mempercepat proses kemunduran HMI di kalangan mahasiswa.  

Implikasi Kemunduran HMI bagi Gerakan Mahasiswa

Kemunduran HMI tidak hanya berdampak pada internal organisasi, tetapi juga memengaruhi sudut pandang gerakan mahasiswa secara Nasional. Sebagai salah satu organisasi mahasiswa terbesar, melemahnya HMI menyebabkan kekosongan dalam kepemimpinan mahasiswa yang kritis dan progresif. Padahal, sejarah menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan sosial di Indonesia, terutama dalam masa-masa transisi politik. Tanpa adanya organisasi yang kuat dan solid seperti HMI, gerakan mahasiswa dapat kehilangan daya tawar dan pengaruhnya dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat luas.  

Kemunduran Himpunan Mahasiswa Islam, yang telah diidentifikasi dari berbagai faktor seperti melemahnya kaderisasi, fragmentasi internal, penurunan aktivitas intelektual, dan keterjebakan dalam politik praktis, merupakan masalah serius yang mempengaruhi peran strategis HMI dalam pengembangan pemikiran, moralitas, dan kepemimpinan mahasiswa. Sehingga perlu langkah langkah yang preventif serta Ilmiah untuk mengatasi kemunduran hmi juga mengembalikan peran pentingnya dalam gerakan mahasiswa dan pembangunan bangsa. 

Beberapa Rekomendasi langkah langkah strategis yang bisa diterapkan setiap oleh setiap cabang sesuai dengan kondisi sosial yang terjadi.  

1. Revitalisasi Kaderisasi dengan Penekanan pada Pembentukan Karakter dan Intelektual

  Kaderisasi HMI harus kembali menekankan pada aspek substansial, yaitu pengembangan karakter, intelektual, dan spiritual. Diperlukan reformulasi modul kaderisasi yang relevan dengan kebutuhan zaman. Proses kaderisasi harus memperkuat diskusi-diskusi kritis terkait isu-isu kontemporer, seperti keadilan sosial, teknologi, dan peran agama dalam negara modern. Penerapan metode diskusi terbuka, debat, serta pengkajian teks-teks keislaman dan sosial-politik yang mendalam akan mendorong terbentuknya kader yang tidak hanya memiliki wawasan luas, tetapi juga memiliki daya kritis yang tajam.  

2. Peningkatan Kapasitas Intelektual dengan Kegiatan Riset dan Pengembangan Wacana

   Untuk mengembalikan citra HMI sebagai organisasi intelektual, HMI perlu memperkuat aktivitas riset dan publikasi ilmiah. HMI dapat membentuk tim riset yang fokus pada studi-studi strategis yang relevan dengan kondisi sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Kolaborasi dengan universitas dan lembaga riset lainnya juga harus diperluas untuk mendorong partisipasi kader HMI dalam kajian ilmiah dan penerbitan jurnal. Program ini akan meningkatkan kualitas intelektual anggota dan menjadikan HMI sebagai pusat pengembangan pemikiran mahasiswa yang produktif.

3. Negasi antara Politik Praktis dan Aktivitas Organisasi

   HMI perlu menegaskan kembali posisinya sebagai organisasi yang independen dari partai politik. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah membuat regulasi internal yang membatasi keterlibatan kader HMI dalam politik praktis selama mereka masih menjadi bagian aktif dari struktur organisasi. Hal ini bertujuan agar fokus HMI kembali pada pengembangan SDM dan bukan pada kepentingan politik pragmatis. Kepemimpinan di HMI harus dibentuk atas dasar kompetensi dan integritas, bukan afiliasi politik.

4. Reformasi Struktural dan Penguatan Organisasi.

 Mengatasi fragmentasi internal memerlukan reformasi struktural yang memperkuat mekanisme demokrasi di internal HMI, sehingga konflik kepentingan dapat diminimalisasi. Penguatan tata kelola organisasi, termasuk transparansi dalam pengambilan keputusan, distribusi kekuasaan yang adil, serta penerapan sanksi tegas bagi pelanggar, merupakan langkah penting untuk menjaga keutuhan organisasi. Dalam jangka panjang, reformasi ini akan menciptakan stabilitas internal yang memungkinkan HMI berfungsi lebih efektif.  

5. Peningkatan Keterlibatan dalam Isu-Isu Sosial dan Kebangsaan

  HMI harus kembali aktif dalam mengadvokasi isu-isu sosial dan kebangsaan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Fokus pada advokasi pendidikan, ketimpangan sosial, hakhak buruh, isu lingkungan, dan keadilan ekonomi bisa menjadi jalan untuk mengembalikan HMI sebagai aktor penting dalam perubahan sosial. Melibatkan diri dalam gerakan sosial ini akan mendekatkan HMI dengan masyarakat luas dan menumbuhkan kesadaran sosial di kalangan kadernya.  

6. Pemanfaatan Teknologi dan Digitalisasi dalam Pengembangan Organisasi

   Untuk menarik minat generasi muda dan meningkatkan efektivitas kaderisasi, HMI harus lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi. Pemanfaatan platform digital untuk kaderisasi, diskusi, pelatihan, dan kampanye sosial dapat memperluas jangkauan dan efektivitas programprogram HMI. Digitalisasi proses kaderisasi memungkinkan HMI untuk menjangkau mahasiswa di berbagai daerah secara lebih efektif, dan meningkatkan partisipasi anggota dalam diskusi intelektual secara virtual.  

7. Penekanan pada Pembentukan Identitas yang Jelas dan Relevan

   Krisis identitas yang dialami HMI dapat diatasi dengan melakukan refleksi mendalam mengenai visi dan misi organisasi di tengah perkembangan zaman. HMI perlu melakukan reorientasi agar mampu menawarkan narasi yang relevan dan inspiratif bagi mahasiswa Islam modern. Misalnya, memperkuat identitas HMI sebagai organisasi yang menggabungkan nilai-nilai Islam dengan modernitas, demokrasi, dan pluralisme. Identitas yang kuat akan menarik lebih banyak mahasiswa untuk bergabung dan aktif dalam organisasi.  

8.Pengembangan Kerjasama dengan Organisasi dan Lembaga Internasional  

   Dalam menghadapi tantangan global, HMI perlu memperluas jejaring dengan organisasi internasional yang sejalan dengan visi misi HMI. Melalui program pertukaran mahasiswa, partisipasi dalam forum internasional, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional, HMI dapat memberikan eksposur kepada kadernya mengenai isu-isu global yang penting, seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, serta pengembangan teknologi dan ekonomi digital. Ini akan membentuk kader HMI yang tidak hanya berorientasi pada isu-isu nasional, tetapi juga global.   

Kesimpulan

Kemunduran HMI disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari melemahnya kualitas kaderisasi, fragmentasi internal, menurunnya aktivitas intelektual, hingga keterlibatan berlebihan dalam politik praktis. Untuk dapat kembali ke jalur perjuangannya, HMI perlu melakukan revitalisasi baik dari segi kaderisasi maupun orientasi gerakan. Pemulihan peran intelektual dan sosial HMI di kalangan mahasiswa menjadi kunci untuk memastikan bahwa organisasi ini tetap relevan dalam membangun bangsa. Hanya dengan demikian, HMI dapat mengembalikan posisinya sebagai pelopor gerakan mahasiswa yang berperan strategis dalam perubahan sosial dan politik di Indonesia.  


Referensi

Pane, Lafran. Sejarah HMI dan Pemikiran Gerakan Mahasiswa. Jakarta: Pustaka HMI, 1975.

Assyaukanie, Luthfi. Mahasiswa Islam dan Pergolakan Pemikiran di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.

Kusuma, Aulia. "Peran HMI dalam Politik dan Gerakan Sosial di Indonesia." Jurnal Pemikiran Mahasiswa_, vol. 10, no. 2, 2019.

Nurman Achmad,dkk ‘’ Radicalism movement in higher education in Indonesia: Students’ understanding and its prevention, formerly Kasetsart Journal (Social Sciences), Vol 044, Issue 1,2023.


Penulis : Muhammad Asdar
Editor   : Fahrur Rozi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Wacana Menjelang Pilkada 2024

  Zul Fahmi Fikar (Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pembangunan Desa, HMI Cabang Malang) Kesejahteraan sebuah negara dilihat dari seorang pemimpinnya, demikian pula Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) harus dijadikan sebagai proses demokrasi yang sehat, kita sebagai masyarakat awam harus mampu menghindari politik transaksional yang membudaya di bangsa ini, agar pemilihan kepala daerah mendatang lebih bersih dan jauh dari kata curang, kotor dan lain sebagainya.  Karena 5 tahun ke depan bukan persoalan menang ataupun kalah dari kontestasi politik hari ini, akan tetapi bagaimana kita sama-sama fokus pada perubahan di setiap daerah yang kita tempati,berangkat dari itulah mengapa pentingnya kita sebagai warga negara Indonesia perlu jeli dalam menentukan pilihan, sebab dosa mendatang yang diperbuat oleh kepala daerah yang terpilih itu merupakan dosa besar kita bersama.  27 November 2024, pesta demokrasi akan diselenggarakan, yang mana kita sebagai masyarakat sama-sama berharap ...

PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PENYUMBANG DOSA DALAM DEMOKRASI INDONESIA

  Sahidatul Atiqah (Jihan) Departemen PSDP HMI  Komisariat Unitri Pada hakikatnya perguruan tinggi memiliki posisi strategis, yaitu menjadi instrumen mencerdaskan kehidupan bangsa.  Dari perguruan tinggi lahir generasi-generasi penerus yang berkapasitas baik untuk membangun dan meneruskan estafet kepemimpinan bagi sebuah bangsa. Selain itu perguruan tinggi memiliki tugas dan peran yang termuat dalam Tri Dharma salah satunya adalah pengabdian, perguruan tinggi memiliki ruang lingkup pengabdian yang luas, termasuk dalam ranah politik dan demokrasi yang membutuhkan kontribusi dari pihak-pihak terkait di perguruan tinggi. Dengan kata Lain kampus tidak hanya menjadi tempat menuntut ilmu tetapi juga menjadi garda terdepan dalam membentuk pemikiran kritis dan berpartisipasi aktif dalam mengawal demokrasi. Kampus tidak boleh mengabaikan keterlibatan dalam isu politik. Oleh karena itu, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral untuk ikut serta dalam mengawasi, mengawal, dan m...

Demi Party di Yudisium, Kampus UIBU Malang Poroti Mahasiswa

  Kampus UIBU Malang dan Surat Edaran tentang Pelaksanaan Yudisium Malang, LAPMI - Universitas Insan Budi Utomo Malang yang biasa disebut kampus UIBU akan menggelar acara yudisium dengan tarif 750.000. Sesuai informasi yang beredar yudisium tersebut akan digelar pada hari Rabu (14 Agustus 2024) dan akan dikonsep dengan acara Party/Dj. Hal tersebut membuat kontroversi di kalangan mahasiswa UIBU lantaran transparansi pendanaan yang tidak jelas dan acara yudisium yang dikonsep dengan acara party/DJ. Salah satu mahasiswa berinisial W angkatan 2020 saat diwawancarai mengatakan bahwa Yudisium yang akan digelar sangat tidak pro terhadap mahasiswa dan juga menyengsarakan mahasiswa dikarenakan kenaikan pembayaran yang tidak wajar dan hanya memprioritaskan acara Party/Dj. “Yudisium yang akan digelar ini konsepnya tidak jelas dan tidak pro mahasiswa, tahun lalu tarifnya masih 500.000 tapi sekarang naik 250.000 menjadi 750.000, teman-teman kami tentu banyak yang merasakan keresehan ini. Pihak...